Saturday 1 January 2011

SAMA-SAMA SEDANG MARAH, TETAPI LAIN-LAIN CARA MENGUNGKAPKANNYA

Semua orang pasti pernah marah, betapapun sabarnya. Dan manusia itu bukan mahluk tanpa kekurangan-kekurangan. Marah bukan monopoli pria wanita, bukan monopoli orang mampu atau melarat, bukan monopoli orang berpendidikan atau buta huruf, juga bukan monopoli balita, remaja atau orang dewasa. Mulai dari bayi hingga kekek/nenek sekali tempo bisa saja marah. Yang beda, apa yang menyebabkan seseorang marah, bagaimana cara ia menahan kemarahannya, misalnya orang yang emosional akan cepat diketahui bila ia sedang marah, sebab ia tidak mampu mengendalikan emosinya yang meluap-luap.
Nah, anak kecil biasanya belum bisa menahan kemarahan. Ungkapan kemarahannya berupa tangis dengan menjerit-jerit, sering dengan bergulung-gulung di lantai. Ia belum mau berhenti menangis bila kehendaknya atau keinginannya belum dikabulkan. Kebiasaan bergulung-gulung di lantai sering disalahgunakan si anak. Waktu diajak ke toko oleh bapak/ibunya tiba-tiba ia melihat suatu mainan yang sangat menarik, langsung ia minta mainan tersebut, tetapi permintaannya ditolak karena harganya mahal sekali, sebagai gantinya dibelikan mainan lain yang agak murah. Si anak menolak yang dibarikan sebagai gantinya itu, maka ia mulai menjerit-jerit dan bergulung-gulung di lantai untuk menunjukkan bahwa ia marah sekali.
Macam-macam cara yang dilakukan oleh orang tuanya agar si anak tidak menjerit-jerit, ada yang terpaksa dibelikan apa yang ditunjuk semula oleh anak, tetapi ada juga yang tetap tidak mau membelikan mainan itu. Memang pada masa kanak-kanak biasanya masih sulit sekali untuk menahan kemarahan atau emosinya. Orang dewasa yang belum kuasa mengendalikan emosinya, sering dikatakan sikapnya masih kekanak-kanakan.
Orang yang dasarnya mempunyai sifat sabar, tetapi pada suatu ketika dibuat marah, masih mencoba untuk menahan kemarahannya. Hanya pada mukanya nampak bahwa ia sebanarnya sedang marah. Ada orang yang bila sedang marah diam seribu bahasa, sepertinya seisi rumah ikut didiamkan, padahal tidak ada yang tau apa dan siapa yang menyebabkan ia marah. Ada juga yang suka membuang muka. Di kalangan kaum wanita ada juga yang suka melempar piring atau gelas kalau sedang marah, dan ada juga yang menangis histeris.
Kalau seorang ibu mudah marah kepada pembantu, bisa terjadi si pembantu tidak dapat bertahan lama. Dan kalau sering berganti pembantu bagi si ibu tadi harus memulai lagi dengan melatih pembantu baru.
Menurut Dr. Paul Huck dalam bukunya “Mengatasai frustrasi dan kemarahan” dikatakan :”…..mungkin diantara anda didalam hati akan bertanya-tanya apakah anda dapat menanggulangi masalah kemarahan. Untuk membantu anda agar anda tidak terlalu keras terhadap diri sendiri, saya akan memberikan apa yang dimaksud dengan kemajuan. Anda mengalami kemajuan jika kemarahan anda mengalami perubahan dalam hal intensitas, artinya kalau anda marah sebulan sekali padahal dulu sekali seminggu, anda mengalami kemajuan. Jika anda hanya meninggikan suara anda, sedangkan biasanya memukulkan tinju anda, itu juga kemajuan. Dan akhirnya, kalau kemarahan anda walau cukup besar tetapi hanya berlangsung 1 jam, sedang biasanya berlangsung sehari penuh, ini juga kemajuan…”.

Tulisan ini adalah tulisan seorang ibu bernama ibu P. Kanuyoso yang diterbitkan melalui buletin Lembaran Berkala Perwita Sari. Sengaja saya menampilkan tulisan ini dalam blog saya, disamping untuk ikut membagi pengetahuan, saya ingin sedikit mengenang sebuah perkumpulan yang kini sudah punah tetapi belum musnah, perkumpulan Kesehatan Jiwa Perwita Sari, dimana disana berkumpul para ibu yang resah melihat generasi penerus yang kian sulit untuk diarahkan menjadi generasi yang sehat, kuat jasmani dan rohani, dan bersikap serta bertingkah laku terpuji.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Listiana Advokat